
b2w-Jogja. Pemerintah Kota Yogyakarta telah mewujudkan dukungannya buat pesepeda dengan membuat “jalur sepeda” dan jalan alternatif pesepeda. Sebuah lompatan kebijakan yang cukup mengundang semua pihak untuk memanfaatkannya semaksimal mungkin, agar langkah kebijakan tidak mubazir begitu saja. Pertanyaannya sekarang, adakah apakah realisasi yang dijalankan sudah pada trek yang benar ataukah cenderung setengah-setengah saja?
Sudah sekitar setengah tahun fasilitas itu ada, tetapi belum tampak lonjakan yang berarti pesepeda yang memanfaatkan jalur tersebut. Beda dengan di Australia dan Inggris, yang dalam setahun pengguna sepeda bisa meningkat empat kali lipat setelah ada jalur sepeda. Kalau begitu dimana salahnya ataukah ada sesuatu yang salah pada perencanaan jalur sepeda tersebut?
Di Yogyakarta, sama sekali tidak ada jalur eksklusif buat pengendara sepeda, yang sudah ada adalah jalur bersama, artinya bagian jalan tersebut juga digunakan buat pengguna jalan yang lain. Lebih malang lagi, ternyata bagian jalur tersebut juga digunakan untuk parkir kendaraan, sehingga jalur sama sekali tertutup. Praktis pengendara sepeda juga tidak bisa memanfaatkan jalur sepeda yang ada, dan harus meliuk masuk jalur sebelah kanannya, yang artinya mengandung risiko yang lebih tinggi. Memang di banyak negara tidak semua jalur sepeda adalah eksklusif buat sepeda saja, tetapi juga ada jalur bersama yang bedanya disana tetap menjanjikan keamanan dengan tidak membolehkan kendaraan parkir di jalur tersebut.
Faktor keamanan memang hal yang paling penting. Bila adanya jalur sepeda tersebut lebih banyak memberikan nilai keamanan yang lebih baik bagi pengguna sepeda, tentu pemakai kendaraan sepeda bagi aktivitas sehari-hari akan meningkat lebih drastis, seperti yang dibuktikan di Australia dan Inggris. Jangan lupa ada factor lain yang berperanan, yaitu faktor gebrakan dari suatu program. Di luar negeri, di beberapa ruas jalan tertentu dan justru di jalan vital dan pusat bisnis dibuat jalur yang eksklusif, sehingga sepeda bisa memintas dengan sangat aman. Jalur eksklusif selain memang lebih aman, juga menjanjikan semacam gebrakan yang jelas di mata masyarakat tentang kehadiran jalur sepeda. Mari kita bandingkan dua kota bertetangga, yaitu Kutoarjo dan Purworejo. Di Kutoarjo sangat jauh lebih banyak pengendara sepeda melintas, berkat adanya jalur eksklusif yang melintas di jalan utama kota tersebut, dan hal ini sangat berbeda dengan Purworejo yang sepi dari sepeda.
Tidak semua jalan harus ada jalur sepedanya, dan tidak semua jalan penting harus ada jalur eksklusif sepeda. Untuk Yogyakarta, cukup jalur “H” saja diberikan jalur eksklusif yang tidak bisa digunakan bagi pengguna kendaraan lain selain sepeda. Dengan adanya jalur eksklusif di jalur “H” akan lebih memberikan gebrakan akan keseriusan program penyediaan jalur sepeda oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Sedangkan di jalur bersama, harus juga bebas dari “obstacle” dengan pelarangan atau penyediaan jalur khusus juga buat parkir kendaraan lain. Untuk itu semua jalur baik yang eksklusif dan yang bersama harus dilengkapi dengan rambu-rambu yang memadai.
Tanpa pemahaman akan pentingnya peningkatan nilai keamanan bagi pengendara sepeda, maka tidak bisa diharapkan pengguna sepeda di kota Yogyakarta bagi aktivitas sehari-hari akan bisa meningkat tajam dan lebih kena pada sasaran. Masih perlu suatu kajian tentang efektivitas jalur yang disediakan oleh Pemerintah saat ini. Lebih baik menyediakan jalur sepeda kilometer per kilometer secara bertahap dengan kajian dan realisasi secara bertahap yang lebih baik, dibandingkan secara serentak tetapi semuanya adalah hasil rancangan yang setengah matang atau terburu-buru.
No comments:
Post a Comment