Thursday, August 27, 2009

Sepeda Lowrider Jadi Tren (baru) Lagi

Ingin jadi perhatian saat bersepeda? Naik saja sepeda low rider atau sepeda ceper. Perhatian sebagian orang yang berpapasan niscaya bakal tertuju ke Anda. Apakah Anda ingin merasakan menjadi pusat perhatian? Setidaknya, seperti ditulis SOLOPOS, itulah yang mungkin dirasakan oleh para penggemar sepeda low rider di Solo.Keinginan itu pula yang menjadi salah satu alasan mengapa mereka memiliki sepeda ceper. Bagi mereka, sepeda low rider punya karakter dan ciri khas yang membuatnya sangat berbeda dibandingkan dengan jenis sepeda lain. Sepeda low rider memang punya ciri khas pada frame atau kerangkanya. Pehobi sepeda ceper ini, Dimpi, 27, mengatakan kerangka sepeda low rider memiliki bentuk lengkung khas seperti pelangi. Bentuk lengkung kerangka ini dijumpai pada sepeda untuk kaum pria. Sedangkan bentuk kerangka sepeda low rider yang digunakan kaum wanita, lebih menyerupai huruf S.”Salah satu ciri khas yang dimiliki sepeda low rider adalah bentuk frame-nya, yaitu berbentuk pelangi atau melengkung dan huruf S. Selain itu, bagian fork-nya pun berbeda dibandingkan dengan jenis sepeda lain,” terang Dimpi ketika ditemui Espos di kawasan Manahan, Solo, Rabu (29/7). Bagian-bagian lainnya seperti stang dan jok, menurut Dimpi, juga menjadi ciri khas yang membedakan sepeda low rider dengan jenis sepeda lainnya. Pendapat Dimpi itu disepakati oleh low rider lainnya, yang setiap Rabu malam memang rutin berkumpul di kawasan Manahan.Melihat bentuknya saja, sepeda low rider sudah mengundang perhatian. Selain karena ceper, sepeda ini juga mempunyai stang berbentuk unik.


Ada yang bentuknya mirip dengan stang ala motor Harley Davidson, ada pula yang melengkung lebar hingga terlihat lebih besar ketimbang sepedanya.Bagi Dimpi dan pehobi lain, Mehong, 22, menggunakan sepeda ceper merupakan sebuah keasyikan tersendiri. ”Alasannya memang lebih mengarah pada show off atau menjadi pusat perhatian. Apalagi tidak semua orang punya sepeda seperti ini. Kalau kami bersepeda bersama di jalan, pasti menjadi perhatian pengguna jalan yang lain,” papar Mehong.

Tidak kalah gengsiMereka pun merasa tidak kalah gengsi dengan pengguna sepeda motor. Bahkan, penggemar sepeda ceper seperti Andi, mengaku lebih memilih menggunakan sepeda cepernya ketimbang bersepeda motor dari rumah ke tempat kerja. Kenapa merasa punya gengsi bersepeda low rider? Jangan keliru. Sepeda low rider yang mereka kayuh, bukanlah sembarang sepeda. Pasalnya, biaya yang harus mereka keluarkan untuk bisa memilikinya, ternyata tidak sedikit. Meski terlihat kecil, harga sepeda low rider bisa mencapai jutaan rupiah.
”Minimal satu juta rupiah habis untuk mendapatkan sepeda low rider. Itu pun kalau bisa mendapatkan barang yang paling murah. Kalau harga jadinya bisa mencapai 2,5 juta rupiah,” papar penggemar lainnya, Eko, 22. Mereka menyebutkan beberapa harga onderdil sepeda low rider memang mencapai ratusan ribu rupiah. Misalnya, untuk stang orisinal, harganya sekitar Rp 150.000. Belum lagi fork orisinal, yang harganya masih jauh lebih mahal ketimbang harga stang.Alasan lain mereka begitu tergila-gila kepada sepeda low rider, tak lain karena bentuknya yang unik dan nyeleneh. Bagi mereka, bersepeda ceper adalah sebuah keasyikan dan kesenangan tersendiri, kendati secara fisik lebih melelahkan ketimbang menggunakan sepeda pada umumnya.

I. Sejarah Awal LowriderSepeda Lowrider (ceper)
Telah beredar bertahun-tahun, walau tak seorang pun yang mengetahui kapan tepatnya sepeda Lowrider mulai beredar dijalan-jalan. Sepeda Lowrider merupakan hasil dari sebuah gerakan Lowrider (Lowrider movement) selama tahun 60an. Pada awalnya style lowrider hanya digunakan untuk memodifikasi otomobil. Karena mahalnya mobil pada saat itu, anak–anak muda yang tertarik dengan gerakan ini tidak sangup untuk menjadi bagian. Sebagai gantinya mereka mulai memodifikasi sepeda yang telah mereka miliki. Pada tahun 1963 produsen sepeda Schwinn di Chicago, mengeluarkan produk terbaru yaitu schwinn stingray. Stingray dibuat menyerupai Dragster, salah satu tren motor yang sangat terkenal pada masanya. Stingray telah membuat sepeda lebih menyenangkan dari sekedar alat transportasi. Pada tahun 1964 George Barris yang didaulat Hollywood sebagai “king custom” karena hasil karyanya yang banyak dipakai oleh Hollywood, terinspirasi untuk memodifikasinya. Sepeda yang khusus dibuat untuk Eddie Munster dalam acara “The Munsters”, adalah Monster Koach and Dragula. Mungkin ini adalah momen yang berhasil didokumentasikan dalam sejarah sepeda lowrider, sebagai sebuah permulaan.

I.1. Grup Awal, Mati Suri dan Representasi Lowrider Sebuah
Grup yang terdiri dari anak-anak muda latin (Chicanos) dari timur Los Angeles, menganggap modifikasi yang dilakukan George Barris tidaklah cukup. Lalu mereka mengisi framenya (membuat tangki), menambah tiang dan bendera, kaca spion, merupakan modifiksi pertama yang mereka buat dan tentu saja merendahkan (ground clearance) sepedanya. Membengkokkan garpu adalah hal yang sangat umum untuk merendahkan sepeda pada saat itu.Lowrider telah membuat cara pandang orang berbeda terhadap sepeda. Pilihan dalam merancang (mendesain) style atau tema yang diinginan tidak akan punya akhir. Namun pada awal ‘80an sepeda Lowrider mengalami mati suri, sedangkan BMX dan sepeda-sepeda Freestyle (mountain bike) menjadi pilihan utama produksi para produsen sepeda. Walaupun Schwinn dan produsen sepeda yang lain mengalihkan membuat sepeda-sepeda BMX dan freestyle, pasaran sepeda-sepeda lowrider klasik masih sangat diminati. Hanya sedikit sepeda Lowrider yang berkeliaran dijalan pada masa mati suri itu dan kebanyakan hanyalah sepeda cruiser. Pelan tapi pasti, Stingray klasik menjadi sangat popular, hasilnya adalah sepeda Schwinn stingray klasik menjadi langka dan mahal dipasaran. Hasil dari gaya memperbaharui ini telah membuka pintu bagi penerbit Lowrider Magazine Alberto Lopez , yang telah menginvestasikan waktu dan uang untuk mengembalikan penampilan sepeda klasik. Setelah beberapa bulan melakukan investigasi, Alberto tidak dapat membeli hak paten Schwinn Stingray, jadi tinggal ada satu pilihan yang dapat dia lakukan, membuat representasi dari Schwinn Stingray. Ini merupakan kelahiran dari Aztlan Cruiser dan juga Lowrider Bicycle Inc, yang telah menjadi penyedia keperluan suku cadang sepeda-sepeda Lowrider saat ini.

II. Sejarah Sepeda Lowrider di IndonesiaSepeda jenis Lowrider masuk ke Indonesia
Sekitar akhir tahun 70an dengan sebutan yang bermacam-macam seperti salah satunya sepeda kumbang mini. Karena waktu peredaran atau penyebaran yang terbilang sempit kurang lebih sepuluh tahun, menjadikan sepeda jenis ini berjumlah lebih sedikit dibandingkan sepeda jenis ontel, MTB, mini dan BMX. Selain dari Indonesia, kebanyakan sepeda lowrider dengan jenis stingray 20 dan beach cruiser 26 didatangkan (import) dari negara-negara asia seperti jepang dan cina, walaupun terdapat pula sebagian kecil dari benua barat seperti Amerika dan Eropa. Dari Indonesia merk yang terkenal adalah Benny Indonesia, dari Jepang terkenal dengan merk Benny Japan, Fuji Feather, dan lain-lain, negara Cina dengan Phoenix dan negara benua barat dengan Schwinn (Chicago AS), Raleigh (Inggris), Stelber (Amerika), Murray (Amerika), Western Flyer (Amerika) atau pun dari Lowrider Bicycle Inc (Amerika/Australia). Aliran Lowrider atau yang sering disebut dengan ceper masuk Indonesia sekitar pertengahan 90an. Pada awalnya Lowrider hanya dilakukan untuk kendaraan bermotor khususnya mobil. Karena modal yang dikeluarkan tidaklah terlalu mahal, banyak yang mengadopsi aliran ini. Pada akhir ‘90 aliran ini banyak diadopsi oleh para pemakai sepeda motor. Untuk sepeda sendiri tidak ada yang tahu pasti kapan aliran Lowrider mulai diikuti, sekitar tahun 2003 seiring dengan banyaknya pemakai dan pemodifikasi sepeda motor yang tertarik memainkan sepeda jenis ini, aliran lowrider pun mulai banyak dikuti sebagai dasar memodifikasi sepeda.

Dikutip kabarsoloraya.com dari SOLOPOS dan jakartastreetlowrider.blogspot.com; foto-foto: ketapel.wordpress.com dan global-b2b-network.com)

No comments:

Post a Comment